26 juni
2014
Tak banyak kata yang ku ingat, hanya penggalan rasa yang
tertinggal darimu...
Dalam kesunyian aku bernyanyi bahagia, dengan iringan hati
menoleh seakan kau disampingku...
Malam ini menyisakan kenagan, masa dimana dulu kita tertawa dan
bercanda bersama...
Masa dulu beranjak sekarang, dan kita dan kamu kini hanya bayang
semu yang mulai memudar...
Menggoreskan luka di hati, bukan karena mu... tapi aku yang
terlalu mengharapkan mu...
Apa kabar hati ini, ketika engkau memilikinya dan sekarang aku
hempaskan begitu saja...
Aku menjadi pedih dalam jarak waktu ini... mengenang mu,
mengingat mu, merasakan semua tentang
mu...
Aku mencari... tanpa arti ku mencari sebuah kekosongan dalam
kegelapan, dan kau hilang...
Ku pahami apa yang terjadi, saat ini aku ingin terlelap...
Agar tak harus sakit mengingat mu... mengenang mu... dan kelak
saat engkau kembali datang, maaf jika rasa ini TAK LAGI SAMA...
30 Juni
2014
Alunan kisah ku mengalun begitu deras, memaksa lirih perih tak
bertepi...
Titik embun kini mulai mengering, tidak lagi patut untuk di
puja...
Begitu aku, kaku, rapuh, bias bayang malam pun berputar pagi,
terperangkap terlalu dalam, terhanyut seperti sampan tak bertuan...
Hendak kemana aku ini?
Aku sadar kini bukan rintik hujan yang menemaniku, hanya segelas
air yang mulai membeku dan bertambah membisu, bahkan kini membasahi sebagian
waktuku...
Memang terlalu lama untuk dia tahu, tahu bagaimana waktu
berdetik dengan lugu...
Tahu bagaimana aku yang menunggu tanpa lagu...
Ahh... mungkin kau tak akan pernah tahu...
Atau aku yang selalu terdiam dalam senja mu...
Maaf...
Mungkin aku salah memandang mu, seharusnya tak begitu...
seharusnya aku disitu...
Bukan menunggu atau menderu...
Bolehkah aku melupakan mu...?
30 Juni
2014
Ini bukan pinta ku...
Ini hanya pinta dari sebuah hati yang terlalu renta untuk
menunggu...
Bolehkah aku meninggalkan mu?
Ini juga bukan pinta ku...
Ini pinta dari tubuh yang terlalu lelah untuk menunggu...
Bolehkah aku memeluk mu?
Ini bukan pintanya atau ini bukan teriakannya...
Tapi ini pinta ku...
Agar aku bisa berkata yang seharusnya di ucapkan saat melepas
seseorang... “selamat tinggal”
Itulah kata-katanya...
Dan kini aku dapat mengikuti hati dan tubuh yang bertanya pada
mu...
Seharusnya kau tahu hati dan tubuh itu milik ku, dan kini aku
siap... untuk melupakan dan meninggalkan mu...
Selamat tinggal engakau yang membuatku menunggu...
Dan sampai jumpa engkau yang seharusnya tak ada di hidup ku...
12 Juli
2014
Pada senja yang mengemis kemarin...
Sudah salah jalan pada mereka, salah arah tak pasti...
Hampa tertancap pada jalan ini...
Kata mereka “kau sudah tak layak lagi!”
Sekarang...
Disaat pagi mulai beranjak pelan...
Masih ada bekas dosa kemarin, yang urung pergi secepatnya...
Karena ia terus melekat, seraya menaruh benci bila di tinggal
pergi...
Inikah pengorbanan yang sudah salah jalan???!!!
Kini embun mulai menyapa pagi...
Tetapi mentari tak kunjung menyinari...
Hingga sang pagi mengusirnya pergi...
Kisah ini berakhir di pembatas gelap dan terang...
Meninggalkan kisah bermemori kelam yang harus berakhir saat
bulan ingin menutup tawa siang...
Menebarkan bahwa ia sudah ada dalam kegelapan...
Disana ia terus berujar, karena ia hanya mengolok pada sosok
yang terpaku...
Tak percaya ia telah di khianati...
Matanya sayu, karena pengorbanannya yang telah salah jalan...
24 Agustus
2014
Banyak hal yang aku ketahui...
Tapi tak banyak yang dapat aku mengerti...
Banyak rasa yang telah aku lewati...
Dan tak banyak pula yang aku miliki...
Entah seperti apa sebenarnya makna hidup ini...
Aku pernah merasa memiliki hal yang seharusnya tak dapat ku
miliki...
Pernah pula menjadi istimewa, dan kemudian tersisihkan...
Itu semua bukan dalam masa yang sekejap...
Bahagia dalam tangis dan tangis dalam bahagia...
Itupun telah aku lalui...
Menjadi kuat dalam lemahku...
Mencoba merangkai asa dalam keterpurukan yang aku alami...
Dan mencoba untuk “berdiri” dengan kakiku sendiri...
Walau sakit, tetap akan aku jalani takdir ini...
Aku memilih bahagia walu dalam tangis...
Aku akan tetap mencoba memeluk semua asa dan rasa yang telah
hadir...
Sekali lagi, aku telah kuat dalam lemah ku...
Tanpa
tanggal
Banyak cerita yang terselip dalam duka yang ku rasa...
Ada pula rasa yang tertahan oleh banyaknya cerita yang tak
terungkap...
Saat ini, hanya mampu berkaca dalam cermin tak berbayang...
Menorehkan berbagai kisah duka dalam tawa...
Tak banyak kata yang dapat tersurat...
Tak banyak pula rasa yang dapat tersirat dalam kisah yang belum
sempurna...
Masih tetap aku coba bercermin mencari bayang diri...
Mencoba meraba diri, hingga aku temukan arti...
Arti dari cermin yang tak berbayang tadi...
Kini, aku pun mengerti dan pahami...
Aku hanya belum menemukan jati diri...
Mencari celah-celah terbaik yang pernah ku miliki...
Kini...
Biarkan cermin itu tetap memiliki bayang diri...
Hingga dapat ku temukan jati diri...
Untuk semua hal yang telah aku lalui...
Tanpa
tanggal
Rinduku kini telah mulai mengusik batin...
Menyeruak dan mengisi seluruh kekosongan hati...
Rinduku kini mulai menyiksa dalam kesendirian yang aku alami...
Berbaur dengan rasa sakit yang belum benar-benar pulih...
Perih...
Kini aku rasa, dalam pilu mulai beradu...
Menjadi keping-keping sendu yang enggan berlalu...
Rinduku kini mulai menjadi benalu dalam jiwa yang merapuh...
Tolong aku untuk keluar dari kelamnya hati dalam jiwa yang sepi
sendiri, berlayar bagai sampan tak bertuan...
Teriakanku pun kini mulai samar tak terdengar...
Perlahan menghilang, bagai pasir yang terbawa ombak...
Izinkan sekali ini saja unuk aku menangis...
Melupakan segala rasa yang tertahan dalam dada...
Mungkin tak akan menyelesaikan semua...
Setidaknya, untuk aku mengurangi sesak dalam hati rindu yang
mengusik kalbu...
28 Agustus
2014
Aku adalah...
Sebuah esensi kepedihan masa lalu...
Kreasi mahluk tercampakan dan lalu tersisihkan...
Benci... marah... murka... !!!
Aku adalah bukti senrtalisasi dari semua rasa duka...
Aku benyawa!!! Dan tak terkira!!!
Aku di takdirkan untuk menjadi kuat!!!
Melawan semua pedih!!!
Hanya untuk sedikit dihargai!!!
Tetap rasa takut!!!
Cerna semua caci!!!
Resapi rasa sakit ini!!!
Mereka yang mengerti pasti hanya diam...
Mereka yang pahami hanya akan tersenyum...
Tapi, bagi mereka yang tak menjalani...
HANYA AKAN BERKATA MANIS...!!!!
Jadi...
Sudahi omongkosong tentang ku!!!
Karena kau tak kan pernah tahu, SIAPA DIRI KU!!!!
Tanpa
tanggal
Hai cinta...
Apa yang aku dapat, dari ratusan jam yang berlalu selain tetap
menunggu?
Hai cinta...
Bukankah cinta yang menjadikan raja seperti budak?
Dan seorang putri seperti pelacur?
Hai cinta...
Bukankah cinta yang menghalalkan yang haram?
Bukankah cinta yang mensucikan yang kotor?
Lalu...
Bukankah aku seorang pemuja cinta?
Apakan aku harus menjadi budak mu? Pelacur mu? Menghalalkan yang
haram dan mengotori yang suci?
Tolong jawab aku, wahai
cinta?
Atau kau biarkan menjadi tujuan akhir yang mengakhiri segala
bentuk...
Kemudian menyatu, dan berakhir di dalam cinta itu sendiri?
Tanpa
tanggal
Kelalaianku di masa lalu, menjadikan aku seorang penyesal
ulung...
Resah menanti sebuah kebahagiaan...
Saat ini...
Hanya mampu menenangkan asa ku yang mulai merapuh...
Apa Tuhan marah pada ku?
Apa aku terlalu lalai di masa lalu ku?
Apa Tuhan benar-benar marah pada ku?
Juka aku boleh mengulang waktu?
Aku akan menghitung hari-hari ku dengan bijaksana...
Jika aku boleh mengulang waktu?
Akan aku ukir cerita terbaik dalam sisa waktu yang ada...
Tetapi...
Jika Tuhan hanya mengabulkan satu permintaan...
Aku aka berdoa...
“bangunkan aku Tuhan”
Bangunkanlah aku dari masa-masa kelam itu...
Bawa aku menggapai semua asa yang mulai merapuh...
Tanpa
tanggal
Kita bukan dewa dengan waktu dan segenap peristiwa yang
menyatu...
Dan bukanlah sang waktu, sebagaimana cinta tiada terbagi dan
tiada kenal ruang...
Kita hadir dalam kejadian dan ingatan yang terpilah tak
berurutan...
Apa yang hitam sedetik, kemudian bisa bertambah kelam...
Aku takut dia terungkap begitu dalam, lalu bertambah terang
untuk kemudian terlupakan...
Setiap titik detik pada akhirnya begitu berharga...
Jika saja kita ingat bahwa ia tak akan kita temui untuk kedua
kalinya...
Barang kali, apa yang bermakna dari kenangan adalah ia yang
membuat kita berbeda dengan dew...
Dengan kenagan, maka aku dan kau masih manusia...
Tanpa
tanggal
Dalam lorong gelap itu, kau datang memanggilku...
Seakan menghidupkan lagi luka yang telah terbunuh, terkubur
dalam oleh sang waktu...
Kini kau datang dalam jelmaan sang dewa...
Menjerit dalam belas kasihan sang purnama...
Menunduk mengharap iba dari ku...
Dan kini kau bersujud di hadap ku, menyesali semua kesalahan
mu...
Terlambat...
Semua sesal mu kini tak lagi berharga...
Kini larilah kau ke ujung samudra...
Teriakkan semua sesal dan salah mu terhadap batu-batu...
Biarkan kini berada dalam satu sudut gelap rasa sesal mu...
Biarkan waktu yang akan membunuh semua sesal mu padaku...